Tips Menulis Puisi

Menulis puisi adalah usaha menulis kata-kata biasa lalu menghasilkan makna kata baru dengan makna yang dalam. Syarat menulis puisi harus memiliki majas atau metafora, tanpa majas atau metafora, kata-kata yang ditulis tetap bermakna sama dengan arti kata apa adanya.

Menulis sebuah puisi bukanlah menyusun kata-kata biasa dengan makna sama dengan kata yang ditulis, bukan pula menyusun kata-kata indah tapi memiliki arti yang sama dengan kata yang ditulis. Walaupun disusun barisannya dengan typografi puisi, tapi tetaplah itu belum sepenuhnya menjadi sebuah puisi.

Bila pantun memiliki syarat ada sampiran dan isi, bersajakan ab ab, syair bersajakan aa aa, terdiri 4 baris. Guruindam bersajakan a a terdiri dari2 baris. Maka syarat puisi diantanya memiliki majas. Hampir semua kreatifitas menulis memiliki persyaratan, itu sebabnya persyaratan harus kita penuhi, sehingga jelas apa yang kita buat.

Ada 4 kunci menulis puisi yg wajib dikuasai.

1. Menulis puisi adalah menulis sesuatu yang bukan sesuatu itu

Bila kita melihat pintu dan kita masih menulis pintu yang dilihat. Bahwa pintu adalah sesuatu  yang terbuat dari kayu, berada di ruang tamu. Itu adalah berita. Tetapi tulis pintu sebagai majas atau perempumaan dengan cara menggunakan sifat, fungsi pintu. Pintu adalah tempat masuk dan keluar, maka setiap masuk dan keluar kita bisa menggunakan pintu sebagai majasnya.

Begitu ketika melihat laut, bila masih menulis laut yang biru, dengan ombak berdebur menghempas batu karang dan langit biru diatasnya, kita masih menulis apa yang dilihat dengan kata kata biasa yang sama artinya. Tetapi tulislah laut menjadi laut puisi, dengan menggunakan sifat, kerja dan fungsi laut

Begitupun ketika melihat tikus di dapur yang mencuri ikan di piring kaca, lalu lari ke sarangnya. Jika menulis tikus yang dilihat itu dengan kata yang sama artinya, maka masih belum puisi. Akan tetapi tulislah tikus sebagai majas saja, dengan mengugunakan sifat atau kerja tikus. Kerja tikus adalah mencuri, menggrogoti maka setiap yang mencuri menggrogoti kita gunakan tikus sebagai majasnya

Seindah apapun kata-kata kita tulis kalau masih menulis apa yang kita lihat dan kata-katanya bermakna sama dengan yang dilihat, itu bukanlah puisi. Tetapi kata-kata yang disusun seperti puisi.

Pada puisi mutakhir, para penulis puisi tidak menggunakan kata-kata istilah, atau kata-kata indah namun maknanya sama. Dulu orang menulis:

Asa untuk mengatakan istilah lain dari harapan,
Baskara untuk kata lain dari matahari,
Mayapada untuk kata lain dari bumi.

Percuma saja kalau artinya sama, penulis puisi sekarang menulis kata-kata biasa tetapi menyulapnya menjadi puisi. Seperti yang dilakukan Sapardi Djoko Damono, kata-kata yang dipilihnya kata biasa saja seperti hujan, sepatu dll tetapi memiliki kekayaan makna.

Contoh Salah

Ya Tuhan
Pada sepertiga malam
Aku membujuk kasihMU
Ampunilah aku

👆Ini belum puisi, ini doa yang disampaikan bahasa yang artinya sama, tidak ada majasnya.

Contoh Benar

Ya Tuhan
Pada malam menggigil
Di sajadah rindu
Titian menujuMu
Kurunglah aku di rumah cintaMU

👆 ini adalah puisi.

 

2. Memahami sifat, kerja dan fungsi kata

Bisakah anda menulis puisi, sedang anda tidak mengenal kata2, baik sifat, kerja dan fungsinya? Tentu jawabannya tidak. Disinalah banyak kegagalan orang menulis puisi karena, jangankan untuk akrab dengaan kata-kata,  belum, apa jadinya puisi kalau penulisnya tidak mengenal sifat, kerja dan fungsi kata? bisa berantakan puisinya, jauh dari tujuan yang diinginkan.

Oleh karena itu untuk dapat menciptakan majas, penulis harus mengenal sifat, kerja dan fungsi kata dan berakrabnya dengannya.

Misal :
Laut, Sifatnya : asin, dalam, luas, kerja : menghanyutkan, menenggelamkan.
Gunung sifanya : besar, tinggi
Tikus kerjanya : mencuri, menggrogoti.

Bila sudah mengenal sifat, kerja dan fungsi kata dengan jumlah yang banyak, akan memudahkan menulis puisi.

3. Menggunakan kata-kata yang berdekatan

Menulis puisi sama seperti memasak. begitu dalam menulis puisi, kata-katanya harus satu keluarga, mengacu pada kata induk yang kita jadikan judul, misal kita gunakan kata LAUT sebagai induk kata, maka kata-kata selanjutnyaberdekatan dengan laut dan disesuaikan dengan misi puisi kita.

Karang, pantai, ombak, angin, pohon, pulau, ikan.
Pasir di pantai, burung camar, kerang, ubur-ubur, ombak, pohon kelapa, ikan di laut, mutiara.

Nah kata-kata itu kita gunakan, tetapi ingat semua kata itu mesti kita sulap jadi puisi, kita jadikan majas semuanya. Semua dengan misi puisi kita. Bila kunci 1 paham maka Insyalah kunci 2 dan 3 paham karena saling berhubngan

4. Misi atau tujuan

Kadangkalah misi puisi bisa menjadi no.1 dalam rencana menulis puisi, kalau dibuat kerangka menulis puisi, misi bisa kita masukan ke no.1 .

Contoh:

  1. Misi puisi: Tentang orang yang tobat dan mengharap ampunan dari Allah
  2. Induk kata yang digunakan : Sulam
  3. Kata yang berdekatan : Rajut, sulam,kusut, sajadah, tenunan

Hasilnya:

SULAM CAHAYA

Tuhan berilah aku sulam cahaya
Tuk merajut usia yang selama ini kusut dipintal debu
Aku ingin tenunan amal
Jadi sajadah mengantarku padaMU
Sedang dosa mencabik sajadah itu
Mohon sutra kasihMU menambalnya.
Rindu menjadi ampas cinta

“Datuk Asrizal Nur”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *