Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri untuk melakukan suatu hal agar tercapainya tujuan yang diinginkan. Motivasi menjadi peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena motivasi dapat menumbuhkan semangat dalam diri, tumbuh rasa ingin tahu dan aktif dalam pembelajaran. Munculnya motivasi tidak semata-mata dari diri siswa sendiri tetapi guru harus melibatkan diri untuk memotivasi belajar siswa. Adanya motivasi akan memberikan semangat sehingga siswa akan mengetahui arah belajarnya.
Motivasi belajar memegang peranan penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa, tapi fakta menunjukkan motivasi belajar siswa khususnya siswa kelas XI MIPA 2 masih rendah, ditandai dengan hasil belajar siswa berdasarkan nilai UH pada materi sebelumnya sebanyak 43 % masih dibawah KKM. Rendahnya motivasi belajar siswa ditandai siswa tidak fokus dan mudah merasa bosan pada saat pelajaran berlangsung. Hasil observasi yang dilakukan di kelas XI IPA 2, ditemukan keinginan siswa untuk memahami materi yang dipelajari sangat rendah. Siswa tidak mau bertanya karena malu dan takut, walau materi pelajaran belum dimengerti, mereka memilih diam.
Berdasarkan hasil penelitian Rizky Permatasari (2018), bahwa rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan kurangnya perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran, kurangnya penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi, media dan sumber belajar yang kurang menarik. Hal ini dudukung juga dari hasil wawancara tidak terstruktur dengan rekan sejawat, ibu Romawati M,Pd, yang menyatakan bahwa rendahnya motivasi belajar siswa karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan bervariasi, guru belum menggunakan media pembelajaran yang menarik, selain itu cara mengajar guru yang masih monoton dan belum menggunakan masalah kontekstual.
Sebagai seorang guru, penulis mempunyai peran penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Untuk memunculkan motivasi, penulis melakukan kegiatan pembelajaran yang menggunakan model belajar yang inovatif yaitu PBL dan memanfaatkan masalah kontekstual dalam keseharian siswa, serta menggunakan media pembelajaran yang menarik yaitu video dan power point.
Pada pelaksanaan proses pembelajaran yang terdiri dari dua siklus, yaitu siklus I dan II, terdapat beberapa kendala yang dialami yaitu pada pelaksanaan kegiatan inti di fase 3 dalam menciptakan interaksi sosial kelompok, proses diskusi dan tanya jawab terjadi hanya antar siswa berkemampuan tinggi dan kemampuan sedang. Siswa yang rendah tidak aktif dalam menemukan solusi permasalahan, hanya menunggu dan menyalin jawaban teman sekelompoknya.
Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghadapi tantangan yang ada adalah dengan membuat rencana pembelajaran menggunakan model pembelajaran inovatif yaitu Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan masalah kontekstual dan pendekatan saintifik yang terintegriasi dengan TPACK. Guru menciptakan suasana belajar yang kondusif, inovatif secara kreatif menggunakan media belajar yang menarik agar siswa termotivasi sehingga dapat memahami materi pembelajaran.
Adapun langkah-langkah implementasi tindakan pada siklus I dan siklus II yaitu pada kegiatan pendahuluan, guru mempersiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, meliputi memberi salam, berdoa, memeriksa kehadiran siswa, menanyakan kesiapan siswa untuk belajar. Selanjutnya guru mengecek kemampuan awal siswa dan melakukan apersepsi dengan menampilkan permasalahan kontekstual melalui proyektor, guru melakukan tanya jawab, beberapa siswa aktif menjawab pertanyaan guru, tapi sebagian besar tidak mau menjawab, untuk mengatasi ini penulis menunjuk langsung dengan memanggil nama siswa yang tidak aktif. Guru lalu memberikan motivasi megenai manfaat mempelajari materi pelajaran, motivasi diberikan melalui tayangan video. Dalam kegiatan ini sebagian besar siswa memperhatikan dan tertarik dengan video yang ditayangkan.
Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi, serta menginformasikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dan sistem penilaiannya. Kemudian guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar, dan membagikan LKPD.
Pada kegiatan inti, guru mengorientasi siswa pada masalah, meminta siswa mengamati dan memahami masalah dalam LKPD. Selanjutnya guru mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, yaitu meminta siswa mengidentifikasi apa yang diketahui dan ditanya dari permasalahan yang ada, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya jika ada langkah kerja yang tidak dipahami. Tidak ada siswa yang bertanya, karena kebiasaan siswa malu untuk bertanya. Untuk mengatasi ini yang penulis lakukan adalah memberikan pertanyaan pancingan terkait permasalahan.
Selanjutnya guru melakukan bimbingan penyelidikan, baik mandiri atau kelompok. Dalam melakukan bimbingan, ada kendala yang dialami yaitu proses diskusi dan tanya jawab terjadi hanya antar siswa berkemampuan tinggi dan kemampuan sedang. Beberapa siswa kemampuan tinggi, cenderung suka menyelesaikan masalah sendirian. Begitupun pada siswa yang rendah tidak peduli, hanya menunggu dan menyalin jawaban teman sekelompoknya, tidak mau aktif dalam menemukan solusi permasalahan. Untuk mengatasi ini yang penulis lakukan adalah memberikan masalah yang kontekstual yang lebih menantang, penulis memberikan arahan dan target yang jelas apa yang harus siswa kerjakan, dan memberikan reward bagi kelompok teraktif dan terkompak, penulis juga menegaskan bahwa penilaian diambil dari hasil kelompok, bukan penilaian perorangan dan akan memberlakukan sangsi bagi anggota kelompok yang tidak aktif. Siswa yang kemampuannya kurang di harapkan dapat memahami materi pelajaran dan siswa yang pandai harus berhasil membuat semua anggota kelompok menguasai pelajaran.
Selanjutnya siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu berupa laporan hasil diskusi kelompok. Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan laporan kelompoknya ke depan kelas. Kelompok lain melakukan analisis dan evaluasi dengan memberikan tanggapan hasil laporan kelompok penyaji. Selanjutnya guru bersama siswa mengevaluasi jawaban kelompok penyaji dan menyepakati jawaban yang benar.
Pada kegiatan penutup, siswa kembali ke posisi duduk semula. Selanjutnya melakukan refleksi menggunakan google form. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan sesuatu yang belum dipahami, selanjutnya melakukan tes evaluasi. Setelah siswa mengumpulkan tes evaluasi, guru memberikan PR, lalu memberikan informasi mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari selanjutnya. Sebelum guru menutup pelajaran, guru menyampaikan kata-kata motivasi lalu mengakhiri dengan salam.
Dampak dari penggunaan model PBL berbantuan LKPD dan media power point mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari hasil angket yang diberikan pada siklus I dan sikklus II seperti pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
Gambar 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Pada gambar 2 diatas terlihat peningkatan hasil belajar siswa, setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model PBL pada siklus I dan siklus II. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I adalah 26 siswa dari 36 siswa atau yang tuntas mencapai 72%, mengalami peningkatan pada siklus II yaitu siswa yang mencapai KKM menjadi 30 siswa dari 36 siswa atau yang tuntas mencapai 83%.
Oleh : Reni Yanuarni, M.Pd
Keren bu Reni. Sukses terus yaaa
Makasih bu informasinya. Setelah membaca di website ini sebelumnya saya fikir perubahan kurikulumm ini membingungkan, ternyata menyenangkan
Langkah kecil yang akan saya lakukan setelah ini adalah menjadi siswa yang kreatif dan mandiri, supaya kegiatan belajar bisa lebih menyenangkan.